Monday, July 28, 2008

Jejak Sjahrir, Sang Aktivis dan Penulis

Selama ini Dr Sjahrir dikenal sebagai ekonom. Sampai akhir hayatnya, ia masih duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang ekonomi 2005-2009. Namun, di balik kepiawaiannya dalam bidang ekonomi dan belakangan juga terjuan sebagai politisi, Sjahrir adalah seorang penulis yang produktif.

Kesukaannya menulis membawa Sjahrir menelurkan banyak literatur hingga akhir hayatnya. Tercatat, buku yang ditulisnya hampir 50 buah, belum artikel-artikelnya. Ia juga sempat menjadi pemimpin redaksi Majalah Ekonomi Jurnal tahun 1999.

Ekonomi politik dan ekonomi pasar modal menjadi bidang yang paling dikuasainya, meski sesekali juga berbicara soal sektor riil. Kecintaannya pada dunia ekonomi dan politik jualah yang akhirnya mengantarkan Sjahrir mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) pada tahun 2002 yang kini menjadi Partai Perjuangan Indonesia Baru.

Pria tambun ini lahir di Kudus pada tanggal 24 Februari 1945 dari keluarga Minang. Sjahrir adalah anak satu-satunya pasangan Ma'amoen Al Rasyid dan Roesma Malik. Ayah almarhum adalah pejabat pemerintahan di masa pemerintahan koloni Belanda, sementara ibunya adalah pegawai Inspektorat Pendidikan Wanita di Departemen Pendidikan.

Meskipun berasal dari Sumatera Barat, keluarga Sjahrir lebih sering tinggal di Pulau Jawa seperti di daerah Kudus, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, dan Jakarta. Sejak SD, Sjahrir yang akrab dipanggil dengan nama kecilnya Ciil, sudah berada di Jakarta mengikuti ayahnya yang malang melintang di dunia pemerintahan.

Sjahrir kemudian menamatkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) pada tahun 1973. Dia kemudian melanjutkan studinya pada tahun 1980 di Harvard hingga mengambil gelar doktor dalam bidang ekonomi politik dan pemerintahan di universitas yang sama pada tahun 1983. Sjahrir pernah menjadi konsultan bisnis di berbagai grup perusahaan dan bank, salah satunya pernah menjadi konsultan bisnis Bakrie Grup dan juga Bank BNI.

Aktivis

Tak banyak yang menyangka bahwa pria ini adalah seorang aktivis dalam masa mudanya. Jiwa aktivis masih terlihat dalam sosok Sjahrir hingga akhir hayatnya. Aktivis yang gemar menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam tulisan.

Karena pemikiran-pemikirannya yang tajam, Sjahrir sempat dipenjara lebih dari tiga bulan akibat peristiwa Malari 15 Januari 1974. Akibatnya, beasiswa dari Ford Foundation untuk melanjutkan kuliahnya di AS sempat tertunda. Semangat aktivis pula yang mendorongnya mendirikan Partai PIB pada tanggal 23 September 2002.

Melalui PIB, Sjahrir berkehendak keras untuk menghentikan segera kemerosotan ekonomi dan politik bangsa ini dengan menetapkan langkah melalui politik yang bersih. PIB memfokuskan diri pada upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga politik.

Sjahrir berkarya melalui PIB bersama dengan istrinya Nurmala Kartini Panjaitan, seorang doktor bidang antropologi. Dari pernikahannya dengan Kartini, Sjahrir memperoleh dua orang putra Pandu Patria dan seorang putri Gita Rusmida.

Berdasarkan keterangan terakhir dari rekan Sjahrir, Topan, Sjahrir diketahui begitu rajin memeriksakan kesehatannya dalam usia menginjak kepala enam. Namun, kanker paru-paru yang menjadi penyebab utama kematiannya justru baru diketahui tiga minggu terakhir sebelum kematiannya. Selamat jalan Ciil, semoga semangat dan optimismemu terhadap kemajuan dan perekonomian Indonesia terus berkobar!

source: kompas.com | July 2008

No comments: