Showing posts with label industry. Show all posts
Showing posts with label industry. Show all posts

Friday, November 7, 2008

Potensi pasar farmasi Indonesia masih besar

Potensi Indonesia dalam perkembangan bisnis farmasi masih besar. Diperkirakan, pasar farmasi akan meningkat dari sekitar 2,8 miliar dollar AS pada tahun 2007 menjadi 4,2 miliar dollar AS pada tahun 2012 mendatang.

Hal tersebut disampaikan Analis dari Center For Information and Development Studies (CIDES) Umar Juoro, di Jakarta, Kamis (6/11).

Umar mengatakan meski saat ini pengeluaran per kapita Indonesia untuk obat-obatan masih kecil atau hanya sekitar 5 dollar AS per kapita, namun potensi pasar sangat besar. "Dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, maka permintaan akan obat-obatan, pelayanan kesehatan, dan modernisasi sektor kesehatan akan meningkat," kata Umar.

Pengeluaran per kapita Indonesia untuk obat-obatan masih kecil dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti, Filipina 6 dollar AS, Malaysia dan Thailand 11 dollar AS. Perkembangan bisnis farmasi Indonesia akan meningkat seiring dengan perbaikan dalam pelayanan kesehatan seperti, asuransi kesehatan.

"Ini merupakan tantangan pemerintah dan dunia usaha untuk merealisasikan potensi besar tersebut," tuturnya.

source: kompas.com

Monday, October 27, 2008

Peracik Mobil "Brandweer" dari Magelang

Bisnis membuat sekaligus menjual mobil brandweer alias mobil pemadam kebakaran terhitung berpeluang cerah. Tapi, karya yang ditekuni Bambang E Santoso sejak 20 tahun lalu ini malah makin sering menyedot minat konsumen mancanegara ketimbang lokal. "Orang Indonesia masih banyak yang nggak mau pakai barang Indonesia," kata Bambang saat berbincang dengan kompas.com pada Pameran Perdagangan Indonesia (TEI) yang ke-23 di Jakarta International Expo (JIE), Kemayoran, pekan lalu.

Perkenalan Bambang, pria kelahiran 22 Maret 1957 ini, pada mobil pemadam kebakaran memang tak lepas dari keranjingannya mengutak-atik kendaraan. Apalagi, 20 tahun lalu, dirinya pernah bekerja di perusahaan kontraktor Pertamina. "Waktu itu, ya, urusannya juga dengan mobil pemadam kebakaran," imbuhnya.

Jadilah, kebiasaan dan pengalaman kerja membuncah dalam hatinya memulai karir pribadi sebagai produsen mobil pemadam kebakaran, sejak sebelas tahun silam. "Ternyata gampang membuat mobil pemadam," tuturnya tersenyum.

Seakan tak segan membagi pengalamannya, Bambang memaparkan, komponen utama mobil pemadam kebakaran adalah sasis plus mesin ukuran truk baik menengah maupun sedang seperti dijumpai di Tanah Air. Kemudian, yang juga penting adalah penggerak pompa (PTO/Power Take Off) berikut pompa penyemprot air. "Nah pekerjaan paling susah adalah memasang PTO di gearbox. Alat itu harus match dengan mesin mobil sekaligus pompa. Kalau nggak, mobil nggak bisa jalan sama sekali," begitu kiat Direktur New Sentosa ini.

Bambang yang tak menamatkan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Jakarta ini meracik sendiri rancangan mobil pemadam kebakaran buatannya. Selain permesinan tadi, dilakoninya juga tantangan menggambar model, mendesain ruang dalam hingga mengontrol pemasangan badan kendaraan. Ia mengaku pekerjaan seperti itu tak luput dari semangat trial and error. "Ya coba-coba terus saja," kata bapak dua anak yang lebih sering harus mondar-mandir dari kediaman keluarganya di kawasan Karet, Kota Magelang, Jawa Tengah ini ke kantor resminya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Salah satu produk terkini Bambang adalah mobil pemadam kebakaran SS- 3000 Sentosa yang sempat nangkring di arena pameran tersebut. Mobil berwarna dominan merah bak kendaraan perang itu bersasis dan bermesin Scania asal Swiss. Tenaga mesinnya mencapai 580 tenaga kuda (HP) berikut daya tampung airnya hingga 11.500 liter.

Tak hanya itu, mobil ini juga dilengkapi dengan panel pengatur penyemprot air otomatis di ruang kemudi. Dengan alat ini, terang Bambang, sesungguhnya hanya cukup satu orang sopir yang mengoperasikan mobil tersebut. "Karena ini hand made, saya butuh waktu setahun untuk merampungkan SS-3000," kata Bambang yang membanderol buatannya ini Rp7,5 miliar per unit.

Bambang membuat perbandingan. Kalau membeli mobil pemadam kebakaran berklasifikasi sejenis asal Jerman, konsumen mesti merogoh kocek makin dalam. "Soalnya, harganya per unit tiga kali lipat," ujarnya.

Sampai sekarang, Bambang sudah menyelesaikan enam unit SS-3000. Kendaraan-kendaraan itu dibeli oleh perusahaan macam Conoco Philips dan Riaupulp. Dua unit berikutnya masih dibangun di pabriknya di kawasan Grabak dan Kalibening, keduanya terletak di Kabupaten Magelang. "Merek dan sistemnya sudah saya patenkan," imbuh suami dari Nanik Ekowati ini.

Soal komponen, lanjut Bambang, cuma sasis dan mesin serta pompa yang masih produk luar negeri. "Yang lainnya lokal. Saya buat dari bahan setengah jadi seperti aluminium, fiber, dan pelat baja," ujar Bambang yang mengaku baru pertama kali ini mengikuti TEI di Jakarta.

Sebelumnya, Bambang masih juga memproduksi varian mobil pemadam kebakaran berkapasitas tangki air 3000 liter, 4000 liter, dan 5000 liter. Seluruh mobil yang karoserinya dikerjakan dengan sistem tekan (pressed body) ini sudah terjual sekitar 80 unit lebih di Indonesia. Kisaran harganya antara Rp800 juta sampai dengan Rp1,5 miliar per unit.

Pasar internasional yang jatuh hati pada mobil pemadam kebakaran bikinan pria yang mempekerjakan sekitar 60 orang karyawan itu antara lain adalah Tanzania, Nigeria, dan Vietnam. Hingga akhir tahun ini, untuk ketiga negara tersebut, Bambang mesti memasok 16 unit mobil berbagai varian.

Terkait dengan penyelenggaraan pameran TEI, Bambang menjelaskan, beberapa calon pembeli dari Nepal, Malaysia, dan Australia sudah menaruh minat mereka untuk bertransaksi. "Biasanya prosesnya agak lama karena konsumen asing produk saya kebanyakan dari institusi pemerintah," ujar pengusaha yang mengaku membayar upah karyawannya di Magelang dalam kisaran 1,5 kali Upah Minimum Regional (UMR) ini.

Sementara itu, informasi yang diperoleh dari Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bachrul Chairi saat penutupan TEI, Sabtu (25/10) menunjukkan, negara Kepulauan Salomon sudah meminta agar perusahaan Bambang mengikuti tender pengadaan mobil pemadam kebakaran. "Nilai kontraknya sekitar 2,5 juta dollar AS," demikian Bachrul Chairi.

source: Kompas.com

Sunday, October 26, 2008

Indonesia raih kontrak US$610 juta di China

Sebuah perusahaan Indonesia memperoleh kontrak dagang untuk mengekspor bahan pangan senilai US$630 juta ke China pada Pameran Dagang China-ASEAN ke-5 (5th CAEXPO) yang diselenggarakan diKkota Nanning, ibukota Guangxi, China.

Wakil Sekjen Sekretariat CAEXPO Li Jinzao mengemukakan hal itu dalam jumpa pers pada penutupan CAEXPO ke-5 di Nanning, Sabtu (25/10).

Namun tidak diperoleh detil mengenai nama perusahaan dan mata dagangan ekspor yang disepakati dalam kontrak tersebut.

Menurut Li Jinzao, sampai hari terakhir CAEXPO ke-5, tercatat total transaksi dagang antara China dan ke-10 anggota ASEAN sekitar US$l,6 miliar antara lain terdiri atas transaksi jual beli mesin dan peralatan (US$630 juta), elektronika dan peralatan listrik (US$170 juta), material dan bahan interiror bangunan (US$110 juta) serta produk berbasis pertanian dan bahan makanan (US$360 juta), selebihnya berbagai produk lainnya.

Hasil EXpo lainnya, lanjutnya, CAEXPO-5 yang berlangsung sejak Rabu lalu tersebut telah berhasil menyelenggarakan 31 program promosi bisnis yang membuahkan penandatanganan 136 naskah proyek kerja sama dengan total investasi US$6,3 miliar, atau terjadi kenaikan 3,41% dibandingkan dengan total investasi yang diraih dalam CAECPO ke-4.

Di tengah krisis global saat ini, kerja sama China dan ASEAN juga masih mengalami akselerasi pertumbuhan, tercermin dari 58 pelaksanaan proyek China-ASEAN senilai US$3,5 miliar, atau terjadi kenaikan 39% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain itu, selama CAEXPO ke-5 ditandatangani pula 44 proyek go global dengan total kontrak senilai US$2,7 milia , atau terjadi kenaikan 75% jika dibandingkan dengan penyelenggaraan CAEXPO sebelumnya.

source: Media Indonesia

Wednesday, October 22, 2008

Cintai produk dalam negeri

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan lagi agar masyarakat Indonesia mencintai produk dalam negeri. Karena akan memperkuat pasar domestik dan mengurangi nilai impor untuk menghemat devisa negara.

"Saya tidak bosan-bosan mengajak seluruh masyarakat agar mencintai produk dalam negeri. Jika kita mencintai produk dalam negeri maka akan memperkuat pasar domestik dan mengurangi nilai impor untuk menghemat devisa negara," ajak Presiden Yudhoyona dalam sambutan membuka Trade Expo Indonesia ke-23 di Jakarta International Expo, Arena PRJ, Jakarta, Selasa (21/10).

Trade Expo 2008 bertema "Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia" berlangsung pada 21-25 Oktober 2008. Diikuti oleh sedikitnya 850 peserta dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), koperasi dan 12 pemerintah Provinsi.

Turut mendampingi Presiden pada acara pembukaan Trade Expo Indonesia 2008 antara lain, Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Jusman Syafeii Djamal, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Negeri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi.

Transaksi dagang dari Trade Expo 2008, ditargetkan sebesar 220 juta dolar AS. Pada 2007, nilai transaksi dagang yang diperoleh dari ajang yang sama senilai 200 juta dolar AS.

Panitia telah mengundang pembeli luar negeri dari 108 negara, dan mereka menyatakan siap hadir di ajang promosi dagang Indonesia terbesar pada 2008 tersebut.

Trade Expo 2008 merupakan ajang tahunan yang mempromosikan produk dan jasa non komoditas yang kompetitif serta manawarkan nilai lebih bagi pengunjung dan pembeli
Sepuluh jenis produk utama Indonesia yang akan dipamerkan pada TEI 2008 yakni produk mebel, elektronik, alas kaki (sepatu), udang, kopi, kakao, karet/produk karet, komponen.

Sebelum membuka acara, Presiden Yudhoyono memberikan penghargaan Primaniyarta 2008 kepada 27 eksportir. Penghargaan tersebut dibagi atas lima kategori yaitu eksportir berkinerja, pembangunan merek global, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) eskpor, usaha kecil, dan pelaku eskpor ekonomi kreatif.

Penghargaan Primaniyarta diberikan pemerintah sejak 1992 kepada eskportir yang dinilai berprestasi. Pemberian penghargaan itu sempat terhenti ketika terjadinya krisis moneter pada 1998 hingga 2000. Namun, sejak 2001 pemberian penghargaan tersebut dilanjutkan kembali.

Pemberian penghargaan dimaksudkan untuk memotivasi dunia usaha agar lebih giat meningkatkan nilai ekspor non migas serta mendorong pertumbuhan jumlah pelaku eskpor non migas.

source: Media Indonesia

Tuesday, October 21, 2008

PT Dirgantara Indonesia bidik pendapatan Rp 1 triliun

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menargetkan pendapatan tahun 2008 Rp 1 triliun. Perusahaan optimistis mencapai target itu karena banyak kontrak yang didapat.

"Kami optimistis target pendapatan tahun ini sebesar Rp 1 triliun dapat tercapai mengingat kontrak pembuatan komponen pesawat cukup banyak dan masih meningkat," kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso, di kantor BUMN, Gedung Garuda, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (21/10/2008).

Menurutnya, mulai tahun ini kontribusi pendapatan perseroan yang berasal dari pembuatan komponen dan jasa akan ditingkatkan menjadi sekitar 60 persen. Sebelumnya kontribusinya hanya 30-40 persen. "Kontribusi pembuatan aircraft akan diturunkan menjadi sekitar 40 persen," jelasnya.

Namun ia mengaku bukan berarti PTDI tidak fokus pada pembuatan pesawat, akan tetapi memang order penyediaan komponen tahun ini justru sedang banyak dari perusahaan produsen pesawat internasional.

Sayangnya, ia enggan menyebutkan besaran nilai kontrak pembuatan komponen pesawat yang diraih perusahaan hingga saat ini.

Ia hanya menjelaskan, pada 20 Oktober 2008 kemarin, perseroan meraih kontrak penyediaan komponen helikopter Super Puma MK II senilai 42 juta dolar AS dari Eurocopter.

Selain itu, perseroan juga telah memperoleh kontrak penyediaan sayap depan (leading edge) pesawat Airbus A380 dan A320 yang masa kontraknya mulai 2002 hingga 2012.

Sedangkan untuk jasa pembuatan pesawat, perseroan sudah melakukan pembicaraan dengan Korea guna membangun empat pesawat patroli.

"Pihak Korea sudah menyiapkan dana sekitar US$ 30 juta per pesawat. Nilai kontraknya tidak bisa disebutkan karena spesifikasinya berbeda-beda," imbuhnya.

source: detik.com

Thursday, July 31, 2008

Wapres: Cibir pengguna merek asing

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengajak usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bersama-sama menciptakan dan memperkuat merek-merek Indonesia sendiri daripada memperbesar merek-merek asing. Bahkan, Wapres juga mengajak UKM untuk suatu saat mencibirkan mereka yang masih menggunakan merek-merek asing di Indonesia.

Hal itu disampaikan Wapres Kalla, Kamis (31/7) pagi, di acara pembukaan pameran SME'sCO Keenam atau kerajinan UKM di Jakata Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta. Pembukaan acara itu dihadiri oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, serta Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. "Mari kita membuat branding Indonesia. Kalau dulu kita memakai merek-merek asing, marilah kita mulai menggunakan merek-merek buatan sendiri. Karena dengan begitu, ada kebanggaan bagi kita dan UKM kita," tandas Wapres Kalla.

Menurut Wapres Kalla, "Suatu saat jika masyarakat Indonesia sudah membiasakan dan mencintai merek-mereknya sendiri, masyarakat Indonesia bisa mencibir merek yang masih menggunakan merek-merek asing." China, ujar Wapres, bisa menjadi negara maju karena mencintai produknya sendiri dan yang lebih penting lagi, masyarakatnya mengembangkan dan memajukan produknya sendiri. "Seperti negara-negara maju lainnya, mereka maju karena membesarkan produk-produknya sendiri di dalam negeri dan baru dikembangkan ke luar negeri," tuturnya.

Wapres mengatakan, sebagai bukti pemerintah mengembangkan dan memajukan UKM melalui upaya pemerintah menggelar berbagai acara yang terkait dengan pengembangan UKM. "Kalau Senin lalu Presiden Yudhoyono di Bali membuka Konferensi Regional Kredit Mikro Asia dan Pasific, hari ini saya membuka festival SME'sCO," papar Wapres Kalla, yang meminta Suryadharma Ali segera mengganti istilah bahasa asing untuk UKM tersebut. "Lucu, kalau mau mengembangkan UKM, akan tetapi dengan bahasa asing," tandas Wapres.

source: kompas.com | July 2008

Friday, July 25, 2008

Garuda, Korean Air sign MoU on marketing cooperation

Indonesian flag carrier Garuda Indonesia and Korean Air have agreed to cooperate more closely in the marketing of their services.

The agreement was formalized in a memorandum of understanding (MoU) signed by Garuda Indonesia President Director Emirsyah Satar and Korean Air President Director/CEO Lee Jong Hee here Thursday.

Under the MoU, the two airlines would increase the seat allocation under their codesharing scheme on the Jakarta-Seoul or Denpasar-Seoul routes from the present 20 to 30 seats.

The two airlines would also implement an interline e-ticket to improve customer`s service, and impose codesharing on domestic routes served by both Garuda Indonesia and Korean Air.

Korean Air would also help Garuda join Skyteam, a global alliance of national airlines.

Skyteam members among others are Aeroflot, Aero Mexico, Air France, Continental Airlines, Delta Airlines, Korean Air, Air Europe, Copa Airlines, and Kenya Airways.

Skyteam members are flying to some 841 cities in 162 countries with more than 16,409 flights per day.

Emirsyah Satar said, Garuda`s target was to become a four-star airline in 2009 and a five-star airline in 2010.

In a bid to reach the target, Garuda had improved its management as well as services.

"Garuda now flies the Denpasar-Seoul route five times per week, and Korean Air four times per week using A-330 Airbuses," Emirsyah said

source: Antara | July 2008

Monday, July 21, 2008

Nilai ekspor farmasi ke Eropa naik USD 1,1 juta

Ketatnya regulasi farmasi di Eropa tidak menjadi penghalang bagi eksportir farmasi. Adapun ekspor farmasi selama periode Januari-Maret 2008 mengalami peningkatan 30 persen dibanding periode yang sama tahun 2007.

"Nilai ekspor untuk produk farmasi ke Eropa selama Januari-Maret 2008 mengalami peningkatan yang signifikan yakni USD1,1 juta," kata Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bachrul Chairi saat melepas ekspor perdana PT Ferron Par Parmaceutical ke Inggris di Jakarta, Senin (21/7/2008).

Dia mengatakan, ekspor produk farmasi ke seluruh dunia di tahun 2007 mencapai USD176,3 juta. Sedangkan pada periode Januari-Maret 2008 mencapai USD39,4 juta dan meningkat 15,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2007. "Peningkatan ekspor ini meski dalam skala kecil menjadi bukti produk kita telah diterima di seluruh Eropa sebab standar di Inggris termasuk yang paling ketat," tandasnya.

Namun, Bachrul menilai industri farmasi belum perlu untuk memperoleh insentif khusus agar kinerja ekspor terus meningkat. Pemerintah, lanjutnya, saat ini lebih fokus kepada perbaikan infrastruktur dan peningkatan pelayanan kepada para eksportir termasuk di bidang farmasi.

Sementara itu, Managing Director PT Ferron Par Parmaceutical Djoko Sujono mengatakan ekspor perdana ke Inggris merupakan pencapaian besar bagi industri farmasi nasional.

Djoko menyatakan keberhasilan ekspor ke Inggris itu menunjukkan industri farmasi mampu membuat produk yang kompetitif di pasaran Eropa.

source: okezone.com | July2008

Monday, July 14, 2008

RI aims to make ASEAN region a car industry hub

Indonesia aims to lead the charge in making the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) an automotive industry production house, an official says.

"Now that we are the leader of the ASEAN automotive cooperative, we have the chance to shape the industry in the region," Edy Putra Irawady, a deputy to the minister for industry and trade, said Saturday in Jakarta during the 3rd Indonesia International Automotive Conference.

The cooperative set up in 2002 is hoped to make the ASEAN region a unified automotive industry production hub to strengthen the competitiveness of regional auto suppliers and build the ASEAN-made brand and automotive parts.

Four main supplying countries are the Philippines, Thailand, Indonesia and Malaysia. Only Malaysia has its own national car, while others produce for overseas brands.

Thailand and Indonesia host similar production centers for Toyota, Honda, BMW, Nissan, Ford and Suzuki.

In the cooperative, Indonesia also aims to develop component production for luxury cars, full production for cars with engine capacity under 1500 cc and car accessories, while other ASEAN member countries will produce other products.

"Basically it depends on Gaikindo (the Indonesian Automotive Industry Association) to develop a strategy for Indonesia. The government has given the guidelines; that is, industry activities that absorb a lot of manpower and are consumed widely -- basically not (only) luxury car production," he said.

However, he suggested the ASEAN-made brand should contain at least 40 percent of local elements of each consuming country.

"The goods are for local consumption, so we demand more local production content. Things that are already made in Indonesia cannot be imported, for instance," he said.

The position as the cooperative coordinator could also help Indonesia grow its local industries.

He said the bilateral trade agreements currently in effect with Japan, one of the main decision makers of the automotive industry in the region, would increase the production capacity in Indonesia.

Indonesia's large population has become a major car market in the ASEAN region. In 2008, vehicle sales are expected to top 500,000 units and production 520,000 units.

Budi Darmadi, the director general for the Industry of Transportation Equipment and Information Communication Technology said the government predicted an annual production of 1 million units by 2011.

source: Jakarta Post | July 2008

Indonesia`s 1st semester cement consumption rises 21 pct

Indonesia's cement consumption during the first half of 2008 surged 21 percent from a year ago supported by growing construction activities, a producer association report showed on Monday.

Data from the Indonesian Cement Association (ASI) said nationwide cement consumption reached 18.89 million tonnes in the first half against 15.6 million tonnes a year earlier.

The country also exported 844,886 tonnes of cement during the first six months, down 37 percent from a year ago.

Cement consumption in the country's main market, Java, rose 17.4 percent in the first half from a year earlier to 10.37 million tonnes. Over the same period, cement consumption outside Java rose between 18 percent and 40 percent, the report was quoted by Thomcon Financial as saying.

Indonesia's biggest cement producer by sales volume PT Semen Gresik Tbk supplied about 42 percent of domestic cement consumption during the first half. It sold 8.32 million tonnes of cement, up from 7.12 million tonnes a year ago.

Semen Gresik's main rivals are PT Indocement Tunggal Prakarsa, the Indonesian unit of Germany's HeidelbergCement AG, and Holcim Indonesia, the unit of Swiss cement maker Holcim.

source: Antara | July 2008

Thursday, July 10, 2008

PT DI raih sertifikat rancang bangun pesawat

Departemen Perhubungan telah mengeluarkan sertifikasi organisasi rancang bangun pesawat (design organization approval/DOA) untuk PT Dirgantara Indonesia (DI).

Direktur Sertifikasi & Kelaikan Udara Ditjen Perhubungan Udara Dephub Yurlis Hasibuan mengatakan serifikasi itu memungkinkan PT DI mulai membuat suku cadang pengganti pesawat Boeing dan Airbus.

"PT DI sudah dapat dimulai DOA-nya setelah memperoleh sertifikasi DOA," katanya dalam seminar DOA di Dephub, hari ini.

Dia mengatakan akan menerapkan sertifikasi organisasi rancang bangun pesawat kepada perusahaan lain setelah terbitnya Kepmenhub No. KM 13/2008 tentang Certification Procedures for Product and Part (CASR part 21 subj J) tertanggal 4 APril 2008.

Dia menyatakan organisasi rancang bangun akan menjadi badan hukum yang sah dan kompeten serta disertifikasi guna melakukan layanan pesawat. DOA merupakan organisasi yang diberi kewenangan oleh Ditjen Perhubungan Udara dalam rancang bangun pesawat. Regulasi DOA berasal dari sistem regulasi yang dikembangkan otoritas penerbangan Eropa (EASA).

source: Bisnis Indonesia | July 2008

Tuesday, July 8, 2008

Ekspor tekstil Solo meningkat

Industri boleh saja diprediksi lesu pasca kenaikan harga BBM dan petaka pemadaman bergilir. Namun data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta menunjukkan realisasi ekspor tekstil dan produk tekstil Juni meningkat dibanding Mei. Pada bulan Juni realisasi ekspor sebesar US$ 2.546.612,02 (Mei senilai US$ 1.247.972,89)

“Walaupun dunia industri dikatakan lesu, namun permintaan tekstil tidak pernah turun,” kata Djoko Santosa, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Jawa Tengah. Permintaan produk tekstil akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia. “Realisasi ekspor bertambah karena produk kita berhasil menggeser produk dari negara lain, misalnya Cina,” ujar dia.

Dirinya menjelaskan bahwa saat ini Cina sedang kesulitan masuk ke negara-negara Amerika dan Eropa. Permasalahan ketenagakerjaan dan lingkungan yang dialami oleh perusahaan asal China membuat negara-negara Eropa dan Amerika enggan untuk menerima produk mereka. “Karena itulah produk Indonesia bisa semakin berjaya,” katanya.

Dirinya berharap dengan kondisi ini para pengusaha tekstil di Indonesia bisa memanfaatkan momentum yang ada. Pengusaha bisa mengembangkan pasar ke
negara-negara yang telah meninggalkan produk dari Negara Cina. Dirinya optimis bahwa produk tekstil dari Indonesia mampu bersaing dengan produk negara lain, seperti Korea dan Vietnam.

Untuk pasar domestik, Djoko mengatakan bahwa pasar komoditas tekstil masih cukup baik. Hanya sayangnya, masih banyak produk selundupan yang masuk ke Indonesia.

source: tempointeraktif.com | July 2008

Thursday, July 3, 2008

Indonesian Navy orders three aircrafts from PT DI

The Indonesian Navy has ordered two maritime patrol aircraft and one CN 212-400 plane from the country`s aircraft industry PT Dirgantara Indonesia (DI).

He said he would continue to improve the naval armament system including aircraft and warships through transfer-of-technology deals with other countries.

"The oldest aircraft we have at present were made in the 1980s but we will continue to rejuvenate our fleet," Sumardjono said, adding that only airworthy planes would be operated.

Meanwhile, the head of the Navy`s Aviation Center,Admiral Sumartono, said the Navy now had a total of 68 airplanes of various types but only 48 of them were serviceable.

source: Antara | July 2008

Sunday, June 29, 2008

Indonesia expects record investment in 2008-09

Indonesia's chief investment agency said it expects foreign and domestic investment to hit a new record this year and in 2009, driven by demand for new infrastructure including power plants and toll roads. Writing By Muhammad Al Azhari and Harry Suhartono, editing by Sara Webb/Sugita Katyal/Rory Channing in Reuters.

Muhammad Lutfi, who heads the agency, said he is optimistic that total domestic and foreign direct investment would rise 15 percent to nearly $16 billion in 2008, from a record $13.8 billion in 2007, and surge to $20 billion next year.

Southeast Asia's biggest economy badly needs billions of dollars of investment, especially in infrastructure, to push economic growth and reduce high unemployment.

"We are certain that we will meet the 15.2 percent target of investment (growth)" for 2008, Lutfi told a gathering of foreign correspondents in Jakarta on Wednesday.

"We had a good number in the first quarter. Next year is a challenge because of the slowdown of the economy, that's what we feel."

A combination of political stability and an improving economic outlook helped to attract a record foreign direct investment last year, although the agency, known as BKPM, does not provide details of the investments.

Some analysts warn that political uncertainty ahead of next year's parliamentary and presidential elections, and a slowdown in economic growth could hurt investment.

The government's decision to hike subsidised fuel prices by an average of nearly 30 percent in May is expected to lead to weaker consumer spending. The government expects GDP growth of 6-6.4 percent this year, compared with 6.3 percent in 2007.

However, Indonesia still lags countries such as China in attracting foreign investment because of perceived legal uncertainties and graft, and a complicated bureaucracy.

The country ranks 123rd out of 178 countries in terms of ease of doing business, according to a World Bank survey last year.

KEY INFRASTRUCTURE

Despite such challenges, Lutfi said several infrastructure projects are likely to materialise next year and help boost investment. The agency will encourage investment in key infrastructure areas such as electricity, toll roads, ports and airports within the next two years, he said.

Only 64 percent of Indonesian households currently have access to electricity, he said, adding that the government has invited the private sector to finance its programme to build 10,000 MW of coal-fired power plants in Java, Sumatra and Bali.

The agency is promoting investment in resource-rich regions, including Sumatra, Java, Sulawesi, and Papua, where there are opportunities to invest in the crude palm oil, coal, nickel, and pulp and paper industries, Lutfi said.

Lutfi, who has been in charge of promoting investment in Indonesia since May 2005, was an economic adviser and spokesman for President Susilo Bambang Yudhoyono during the 2004 election campaign.

He previously headed the Mahaka Group, a conglomerate with interests including electricity, luxury apartment development, commodity trading, and media.

source: BKPM | June 2008

Wednesday, June 25, 2008

Kideco to up coal production by 9%

PT Indika Energy plans to raise coal production in its subsidiary Kideco by 9 percent next year to take advantage of growing demand for the commodity.

Indika Energy chief financial officer Azis Armand told a media gathering Tuesday that Kideco planned to increase annual production to 24 million tons in 2009, up from its 22-million-ton estimate for this year.

To achieve its aim, the company has set aside US$30 million to increase production capacity to 30 million tons next year, he said.

"We see that there is still a lot of potential in this sector, with increasing demand from China and India," he said.

Retina Rosabai, Indika vice president for investor relations, said 70 percent of the company's coal output was exported.

Kideco, the country's third-largest coal producer, has all of its mining sites in Kalimantan.

To strengthen its position in the local market, the company has recently submitted bids to acquire two power projects worth $235 million in total.

The company included the two projects in its prospectus report along with many others amounting to $4.4 billion in total.

Indika is now 20 percent owned by the public having previously been controlled by local businessmen Agus Lamono and Wiwoho Basuki.

source: Jakarta Post | June 2008

Prime Petroservices to build mini LNG plant worth $327m

Integrated oil and gas service provider PT Prime Petroservices (PPS) plans to build a small liquefied natural gas (LNG) plant in Bali this year with a total investment of Rp 3 trillion (US$327 million).

PPS, through its subsidiary PT Indogas Kriya Dwiguna, will build the plant, with a capacity of 300,000 tons per year, on Pagerungan Island, north of Bali, the company's president director, Faiz Shahab, told a media gathering in Jakarta on Monday.

In comparison, an existing LNG plant in Bontang, East Kalimantan, has a capacity of 18.5 million tons per year, while another in Arun, Nangroe Aceh Darussalam, outputs 12.5 million tons annually.

Faiz said the new plant would be the fourth in Indonesia, adding to those in Bontang and Arun, and an ongoing Tangguh project in Papua, which is scheduled to be onstream by the end of the year.

PPS finance director Didit A. Ratam said 30 percent of the project funding would come from the company's internal equity, while 70 percent would be garnered through bank loans.

PPS also plans to use the investment to build two LNG receiving terminals in Bali and na LNG carrier ship.

He said the plant would help state-power firm PLN reduce its dependence on oil, which has soared to more than $130 per barrel. PLN currently uses diesel in its gas-fired power plants in Bali due to a gas supply shortage.

In an attempt to convert to gas, PLN has signed a gas sales agreement worth Rp 10 trillion with PPS to secure gas supply to its power plants in Bali until 2026.

Faiz said PPS would supply the gas from the Terang, Sirasun and Batur gas fields operated by local oil and gas company Energy Mega Persada.

The company decided to build the LNG plant on the island to avoid reliance on problematic deep-sea pipelines, Faiz said.

source: Jakarta Post | 24 June 2008

Pameran Alat Transportasi Digelar di Deperin

Departemen Perindustrian mulai hari ini menggelar pameran industri alat berat dan pendukungnya, di Plaza Pameran Industri, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta. Acara ini akan berlangsung sampai tanggal 27 Juni mendatang dan terbuka untuk umum dari jam 10.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Menurut ketua penyelenggara Syarif
Hidayat, peserta yang turut berpartisipasi dalam pameran ini ada 39 perusahaan yang tersebar dalam 55 stan. Peserta terbanyak datang dari sektor transportasi, sebanyak 28 perusahaan, baik transportasi darat dan laut. "Sisanya merupakan perusahaan-perusahaan maritim, jasa keteknikan dan jasa perbengkelan," katanya.

Pameran ini secara resmi dibuka oleh Menteri Perindustrian yang diwakili oleh Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Budi Dharmadi. Dari pidato pembukaannya, Dharmadi mengatakan pertumbuhan industri transportasi di tahun 2008 adalah sebanyak 6 persen, sedangkan pertumbuhan ekspornya sendiri mendekati 40 persen.

Kegiatan yang dilakukan pemerintah yang bekerja sama dengan para pengusaha transportasi ini bertujuan untuk meningkatkan informasi dan promosi tentang produk dalam negeri terutama tentang alat berat. "Pameran ini merupakan langkah konkrit pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor transportasi dan pendukungnya," kata Dharmadi.

source: kompas.com | 24 June 2008

Pertamina set to control 54% of lube oil market

State-owned oil and gas company PT Pertamina is set to control a 54.28 per cent share of the total market of 700,000 kiloliters of lubricant oil in the country this year.

Pertamina hopes to sell 380,000 kiloliters of lubricant oil this year and earn Rp400 billion (US$43.2 million) in profit, a company official told the newspaper Investor Daily.

Pertamina's share of the market value, however, is expected to reach only Rp5 trillion or 41.7 per cent of lubricant oil market value of Rp12 trillion, marketing manager Hasto Wibowo said.

source: Antara | 24 June 2008

Indonesia company begins exporting fire trucks

Indonesian company PT New Sentosa here Tuesday conducted a maiden shipment of 4 fire trucks to Tanzania in a ceremony attended also by Trade Minister Mari Elka Pangestu.

The shipment was part of a US$640,000 order for 15 fire trucks from the African country, the minister said after the ceremony.

PT New Sentosa also had a contract to export Euro 1.1 million worth of fire trucks to Sudan, she said.

The Indonesian company won the contracts during an exhibition titled "Rebuild Project in Iraq" held in Amman, Jordan, on May 5-8, 2008.

Besides with Tanzania and Sudan, PT New Sentosa which exports its fire trucks bearing the trade mark "New Sentosa International", had also signed contracts with Nigera, Ghana and Vietnam, according to the minister.

Meanwhile, PT New Sentosa Internantional Director Bambang E. Santosa said his company`s products had a 70-percent local content.

"The price of our product is 10-15 percent lower than other products with the same qualifications," he said.

He said his company would also explore markets in Myanmar, Cambodia and Sri Lanka.

PT New Sentoas was facing little domestic or foreign competition to its fire truck production activity "so the opportunities for us to widen our markets at home and abroad are wide open," he said.

The company`s fire truck production capacity now was 40 units per year, he added.

source: Antara | 24 June 2008

Tuesday, June 24, 2008

RI pasok 80% kebutuhan bunga nilam dunia

Rumah parfum dunia atau Internasional Flavor Fragrance (IFF) banyak memanfaatkan bunga nilam (patchouli) dari Indonesia untuk menciptakan aroma wewangian tubuh seperti Axe Effect produksi Unilever.

Joa Kim, perfumer senior IFF Singapura, mengatakan sekitar 80% kebutuhan bunga nilam IFF dipasok dari Indonesia. IFF adalah mitra Unilever dalam mengembangkan Axe Effect.

Joa mengatakan Indonesia dikenal sebagai pemasok bunga nilam terbesar di dunia sebagai bahan baku untuk wewangian. Sebagai contoh dari 5 ton mahkota bunga mawar saja hanya dihasilkan 1 kg minyak parfum. Bunga nilam adalah salah satu dari 4.000 bahan baku parfum.

Menurut dia, hampir semua merek parfum di dunia diciptakan oleh para ahli yang berada di IFF kecuali tiga merek ternama seperti Channel yang mempunyai rumah parfum sendiri. Hal ini karena untuk menciptakan parfum bukanlah hal yang mudah apalagi bahan baku harus didatangkan dari segala penjuru dunia.

source: Bisnis Indonesia | 19 June 2008