Monday, October 27, 2008

Peracik Mobil "Brandweer" dari Magelang

Bisnis membuat sekaligus menjual mobil brandweer alias mobil pemadam kebakaran terhitung berpeluang cerah. Tapi, karya yang ditekuni Bambang E Santoso sejak 20 tahun lalu ini malah makin sering menyedot minat konsumen mancanegara ketimbang lokal. "Orang Indonesia masih banyak yang nggak mau pakai barang Indonesia," kata Bambang saat berbincang dengan kompas.com pada Pameran Perdagangan Indonesia (TEI) yang ke-23 di Jakarta International Expo (JIE), Kemayoran, pekan lalu.

Perkenalan Bambang, pria kelahiran 22 Maret 1957 ini, pada mobil pemadam kebakaran memang tak lepas dari keranjingannya mengutak-atik kendaraan. Apalagi, 20 tahun lalu, dirinya pernah bekerja di perusahaan kontraktor Pertamina. "Waktu itu, ya, urusannya juga dengan mobil pemadam kebakaran," imbuhnya.

Jadilah, kebiasaan dan pengalaman kerja membuncah dalam hatinya memulai karir pribadi sebagai produsen mobil pemadam kebakaran, sejak sebelas tahun silam. "Ternyata gampang membuat mobil pemadam," tuturnya tersenyum.

Seakan tak segan membagi pengalamannya, Bambang memaparkan, komponen utama mobil pemadam kebakaran adalah sasis plus mesin ukuran truk baik menengah maupun sedang seperti dijumpai di Tanah Air. Kemudian, yang juga penting adalah penggerak pompa (PTO/Power Take Off) berikut pompa penyemprot air. "Nah pekerjaan paling susah adalah memasang PTO di gearbox. Alat itu harus match dengan mesin mobil sekaligus pompa. Kalau nggak, mobil nggak bisa jalan sama sekali," begitu kiat Direktur New Sentosa ini.

Bambang yang tak menamatkan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Jakarta ini meracik sendiri rancangan mobil pemadam kebakaran buatannya. Selain permesinan tadi, dilakoninya juga tantangan menggambar model, mendesain ruang dalam hingga mengontrol pemasangan badan kendaraan. Ia mengaku pekerjaan seperti itu tak luput dari semangat trial and error. "Ya coba-coba terus saja," kata bapak dua anak yang lebih sering harus mondar-mandir dari kediaman keluarganya di kawasan Karet, Kota Magelang, Jawa Tengah ini ke kantor resminya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Salah satu produk terkini Bambang adalah mobil pemadam kebakaran SS- 3000 Sentosa yang sempat nangkring di arena pameran tersebut. Mobil berwarna dominan merah bak kendaraan perang itu bersasis dan bermesin Scania asal Swiss. Tenaga mesinnya mencapai 580 tenaga kuda (HP) berikut daya tampung airnya hingga 11.500 liter.

Tak hanya itu, mobil ini juga dilengkapi dengan panel pengatur penyemprot air otomatis di ruang kemudi. Dengan alat ini, terang Bambang, sesungguhnya hanya cukup satu orang sopir yang mengoperasikan mobil tersebut. "Karena ini hand made, saya butuh waktu setahun untuk merampungkan SS-3000," kata Bambang yang membanderol buatannya ini Rp7,5 miliar per unit.

Bambang membuat perbandingan. Kalau membeli mobil pemadam kebakaran berklasifikasi sejenis asal Jerman, konsumen mesti merogoh kocek makin dalam. "Soalnya, harganya per unit tiga kali lipat," ujarnya.

Sampai sekarang, Bambang sudah menyelesaikan enam unit SS-3000. Kendaraan-kendaraan itu dibeli oleh perusahaan macam Conoco Philips dan Riaupulp. Dua unit berikutnya masih dibangun di pabriknya di kawasan Grabak dan Kalibening, keduanya terletak di Kabupaten Magelang. "Merek dan sistemnya sudah saya patenkan," imbuh suami dari Nanik Ekowati ini.

Soal komponen, lanjut Bambang, cuma sasis dan mesin serta pompa yang masih produk luar negeri. "Yang lainnya lokal. Saya buat dari bahan setengah jadi seperti aluminium, fiber, dan pelat baja," ujar Bambang yang mengaku baru pertama kali ini mengikuti TEI di Jakarta.

Sebelumnya, Bambang masih juga memproduksi varian mobil pemadam kebakaran berkapasitas tangki air 3000 liter, 4000 liter, dan 5000 liter. Seluruh mobil yang karoserinya dikerjakan dengan sistem tekan (pressed body) ini sudah terjual sekitar 80 unit lebih di Indonesia. Kisaran harganya antara Rp800 juta sampai dengan Rp1,5 miliar per unit.

Pasar internasional yang jatuh hati pada mobil pemadam kebakaran bikinan pria yang mempekerjakan sekitar 60 orang karyawan itu antara lain adalah Tanzania, Nigeria, dan Vietnam. Hingga akhir tahun ini, untuk ketiga negara tersebut, Bambang mesti memasok 16 unit mobil berbagai varian.

Terkait dengan penyelenggaraan pameran TEI, Bambang menjelaskan, beberapa calon pembeli dari Nepal, Malaysia, dan Australia sudah menaruh minat mereka untuk bertransaksi. "Biasanya prosesnya agak lama karena konsumen asing produk saya kebanyakan dari institusi pemerintah," ujar pengusaha yang mengaku membayar upah karyawannya di Magelang dalam kisaran 1,5 kali Upah Minimum Regional (UMR) ini.

Sementara itu, informasi yang diperoleh dari Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bachrul Chairi saat penutupan TEI, Sabtu (25/10) menunjukkan, negara Kepulauan Salomon sudah meminta agar perusahaan Bambang mengikuti tender pengadaan mobil pemadam kebakaran. "Nilai kontraknya sekitar 2,5 juta dollar AS," demikian Bachrul Chairi.

source: Kompas.com

1 comment:

Akhyari said...

Ayo, pasti bisa ikutan dan menang di Solomon. Indonesia maju terus !!