Wednesday, November 5, 2008

Indonesia harus bangun kemandirian ekonomi nasional

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam orasi ilmiahnya pada dies natalis ke-45 Institut Pertanian Bogor menyatakan, secara bertahap Indonesia harus mengembangkan kemandirian ekonomi nasional sehingga tidak mudah terpengaruh krisis global akibat tata ekonomi dunia yang rentan.

Berbicara di hadapan civitas akademika IPB dan sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu di Graha Widya Wisuda, kompleks IPB Darmaga Bogor, Selasa, menjelaskan, kemandirian ekonomi nasional itu dapat dilakukan dengan memperkuat kekuatan ekonomi lokal dan juga mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pinjaman luar negeri.

"Sumber investasi dan sumber pendanaan dalam negeri harus kuat dan jangan selalu mengharapkan dari luar negeri, sekaligus harus mengembangkan keunggulan komparatif," kata Presiden.

Dari waktu ke waktu, menurut Kepala Negara, rasio pembiayaan APBN yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri terus menurun. Menurutnya rasio tersebut pernah mencapai 70 persen dan saat ini menjadi 30 persen.

Dalam orasi ilmiah yang dibacakan sekitar satu setengah jam tersebut, Kepala Negara menyampaikan tiga hal yang perlu ditelaah dari sistem perekonomian global saat ini.

"Yang pertama adalah suatu saat diperlukan adanya single global currency, sehingga uang sebagai alat tukar tidak berubah menjadi alat yang diperdagangkan," kata Yudhoyono.

Hal kedua yang menjadi perhatian Presiden adalah perlu ditelaah lebih jauh keberadaan World Trade Organization (WTO) dan International Monetary Fund (IMF), apakah menolong negara yang lemah atau malah menjadi alat bagi negara yang kuat untuk menekan.

"Hal yang ketiga adalah perlunya keseimbangan ekonomi global," katanya.

Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono yang meraih gelar Doktor di bidang ekonomi dari IPB pada 2004 tersebut mengatakan ada sembilan hal yang perlu dipikirkan untuk memajukan ekonomi nasional.

"Hal yang pertama adalah perlunya dilakukan pembaharuan ekonomi dengan memperhatikan resources, culture, dan knowledge," kata Presiden.

Kepala Negara juga mengatakan ekonomi Indonesia harus berkelanjutan, artinya harus juga memperhatikan kelangsungan hidup dan masa depan generasi penerus dengan cara memelihara keseimbangan dan mampu berhemat.

Hal yang ketiga adalah, masih menurut Yudhoyono, pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan pemerataan.

"Saya tidak percaya pada teori trickle down effect," katanya.

Diingatkannya juga bahwa ekonomi dalam negeri harus diperkuat termasuk dengan mendorong kemandirian ekonomi di tingkat wilayah sehingga kekuatan ekonomi lokal dapat menjadi sabuk pengaman ketika kekuatan ekonomi nasional goyah.

"Saya juga menekankan perlunya kemandirian di tiga bidang yaitu pangan, energi dan industri pertahanan. Mengapa saya memasukkan pertahanan, karena beberapa waktu yang lalu kita terkena embargo. Kita beli dengan uang kita tapi mengapa tidak bisa menggunakan," tegasnya.

Pada bagian akhir orasi ilmiahnya, Kepala negara mengatakan, pendapat bahwa negara tidak bisa mencampuri pasar mempunyai kelemahan karena banyak contoh krisis yang terjadi akibat kegagalan pasar menjalankan sistemnya.

"Mekanisme pasar diperlukan untuk efesiensi namun pemerintah juga mempunyai peran untuk menjamin adanya keadilan," tegasnya.

Orasi ilmiah Presiden berjudul ekonomi Indonesia abad ke-21 menjawab tantangan global disampaikan dalam sidang terbuka dies natalis IPB ke-45 yang dihadiri oleh sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Rektor IPB Dr Ir Herry Suhardiyanto dan civitas akademika IPB.

Rektor IPB dalam sambutannya mengatakan dalam perjalanan perguruan tinggi tersebut, IPB telah memberikan sumbangsih yang cukup besar diberbagai bidang.

"IPB pernah berperan penting dalam program revolusi hijau. Pada 1973 IPB kembali membuat sejarah dengan lahirnya indikator pengukuran kemiskinan dari Prof. Sajogo," katanya.

Selain itu, masih menurut Herry, IPB juga menginisiasi penelitian khusus tentang wanita dan mewadahi studi wanita dalam lembaga khusus yang disebut Pusat Studi Wanita.

"Program pascasarjana IPB merupakan program pascasarjana pertama yang diselenggarakan secara terstruktur sejak 1970an," ujarnya.

Dalam sambutannya, Rektor IPB juga menyatakan saat ini untuk menghadapi berbagai masalah bangsa, diperlukan adanya konvergensi nasional dengan cara melakukan upaya pembangunan nasional yang terfokus dan terintegrasi.

Dies natalis ke-45 IPB kali ini bertemakan kiprah IPB dalam membangun konvergensi nasional menuju kedaulatan pangan, energi dan kemandirian bangsa.

source: Media Indonesia

No comments: